Buffer atau larutan penyangga dapat
didefinisikan sebagai campuran asam/basa lemah dan basa/asam konjugasinya yang
dapat mempertahankan pH disekitar daerah kapasitas buffer. Kapasitas buffer
adalah suatu ukuran kemampuan larutan penyangga dalam mempertahankan pHnya dan
tergantung dari konsentrasi komponen-komponen yang ada dilarutkan tersebut baik
secara absolute maupun secara relatif. Buffer pada bidang farmasi banyak
digunakan untuk darah atau biasanya pada kasus keracunan. Dalam bidang farmasi
(obat-obatan) banyak zat aktif yang harus berada dalam keadaan pH stabil.
Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang atau hilang
sama sekali untuk obat suntik atau obat tetes mata, pH obat-obatan tersebut
harus disesuaikan dengan pH air maka agar tidak menimbulkan iritasi yang
mengakibatkan rasa perih pada mata.
Perhitungan pH awal berguna untuk
mengetahui bahwa pH larutan tidak berubah jika diencerkan atau ditambahkan
sedikit asam/basa. Larutan ini harus dititrasi agar dapat dipakai sebagai
larutan baku primer. Buffer umumnya memiliki kapasitas penyangga dengan rentang
1 nilai pH diatas dan dibawah pH normal tersebut.
Tonisitas merupakan
kemampuan suatu larutan untuk menyamakan konsentrasi cairan yang ada di dalam
dan di luar sel. Adanya kemampuan ini terjadi karena tekanan osmosis. Osmosis merupakan salah satu contoh
transpor pasif. Osmosis adalah proses perpindahan molekul-molekul pelarut (air)
dari konsentrasi pelarut tinggi ke konsentrasi pelarut yang lebih rendah
melalui membran selektif permeabel. Membran semipermiabel adalah selaput
pemisah yang hanya bisa ditembus oleh air dan zat tertentu yang larut di
dalamnya. Secara umum, membrane tersebut permiabel terhadap air dan zat-zat
kecil dan tidak bermuatan. Misalnya molekul air dapat bergerak melewati dinding
sel. Pelarut air yang dimaksud dalam proses osmosis adalah air dalam keadaan
bebas yang tidak terikat dengan jenis molekul yang lain, seperti gula, protein,
atau molekul yang lain. Oleh karena itu, konsentrasi terlarut dalam suatu
larutan merupakan faktor utama yang menentukan kelangsungan osmosis. Proses
osmosis akan berhenti ketika kedua larutan mempunyai konsentrasi yang sama atau
disebut isotonik. Suatu sel bisa mengalami kondisi hipertonik ataupun hipotonik
sehingga menghasilkan sel yang krenasi atau plasmolisis karena adanya osmosis
tadi.
Kemampuan tekanan
osmosis ini dapat menyebabkan 3 hal yakni : hipertonis, isotonis, dan
hipotonis. Hipertonis adalah suatu keadaan yang konsetrasi di dalam sel lebih
tinggi daripada konsetrasi di luar sel sehingga konsetrasi di dalam sel
berpindah ke luar sel yang menyebabkan sel mengerut atau krenasi, hipotonis adalah
keadaan konsetrasi yang di luar sel lebih rendah dibandingkan konsentasi
di dalam sel sehingga konsentrasi di dalam
sel betambah yang menyebabkan sel mengembang atau hemolisis, dan isotonis
adalah keadaan yang konsentrasi di dalam dan di luar sel sama sehingga sel
tidak megalami krenasi maupun hemolisis (bentuk sel tetap).
Cara
menghitung larutan isotonis dapat dilakukan dengan 3 cara, yakni penururnan
titik beku, faktor disosiasi, dan ekuivalen NaCl. Jika terdapat dua larutan yang tidak sama
konsentrasinya, maka molekul
air akan melewati membran sampai kedua larutan seimbang.Dalam proses osmosis,
pada larutan hipertonik, sebagian besar molekul air terikat ke molekul dekstrosa (terlarut), sehingga
hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik,
memiliki lebih banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul
terlarut), sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran.
Kentang
yang direndam dalam larutan gula, akan terjadi perpindahan air secara
osmosis dari sel-sel kentang keluar menuju ke larutan tersebut. Perpindahan air ini terjadi karena
sel-sel kentang hipotonis
terhadap larutan gula yang
hipertonis. Ketidaksesuaian hasil pengamatan dengan teori yang benar,
dipengaruhi beberapa faktor, antara lain : pengukuran berat yang tidak teliti,
serta waktu untuk mengeringkan rendaman potongan kentang setelah dikeluarkan
kurang lama.
Proses osmosis juga dapat membahayakan sel. Jika sel terdapat pada larutan yang
hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga dapat
menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya jika sel berada pada larutan
hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil
(krenasi) dan dapat menyebabkan kematian.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat osmosis antara lain: Konsentrasi air dan zat
terlarut yang ada di dalam sel dan luar sel, osmosis akan terjadi dari zat
yang berkonsentrasi pelarut tinggi dan konsentrasi zat terlarutnya rendah
menuju zat yang berkonsentrasi pelarut rendah dan konsentrasi zat terlarutnya
tinggi; Ketebalan membran, makin tipis membran, makin cepat proses difusi;
Suhu, semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan
lebih cepat. Maka, semakin cepat pula osmosisnya.
Manfaat
percobaan ini dalam bidang Farmasi adalah dengan memahami proses-proses osmosis
yang meliputi transport aktif dan transport pasif beserta larutan isotonik,
dapat diaplikasikan dalam pembuatan sediaan obat yang terkait dengan percobaan
ini, contohnya dalam pembuatan guttae
oris dan cairan injeksi.
Komentar
Posting Komentar